Wabah corona mengakibatkan efek domino di semua sendi kehidupan. Termasuk usaha masyarakat kecil yang menggantungkan modal dari pinjaman perbankan. Mereka sangat berharap, ada keringanan atau penundaan membayar cicilan sampai tiga bulan ke depan.
Seperti di Blitar Raya, tiap bulan sekitar 300 pelaku UKM baru dan bertumbuh. Sebagian besar pelaku UKM ini dari kalangan millenial yang ingin mandiri dengan punya usaha sendiri. Setidaknya, ada sebanyak 5000 UKM yang produktif dalam seleksi alam dalam berbisnis.
Namun mereka mulai menahan nafas ketika datang wabah corona. Sejak Februari tahun ini, mereka mulai membatasi jumlah produksi. Ini karena banyak lokasi wisata yang sepi, bahkan perlahan tapi pasti menutup tempat usahanya.
Ketua Forum UKM Blitar Raya, Hendri Christiawan bilang, sekitar 85 persen produk UKM laris terjual dari lokasi wisata. Baik itu di wilayah Jawa Timur atau Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Dengan penutupan sejumlah lokasi wisata ini, mau tak mau para pelaku UKM harus menanggung konsekuensinya.
“Dalam kondisi normal, seharusnya bulan Maret ini kami memproduksi banyak untuk menambah stok atau mengganti stok persiapan Lebaran. Tapi adanya dampak corona, rencana itu kami tunda. Sekarang saja kami kesulitan untuk menjual stok yang masih ada,” kata Cinyo, panggilannya, dihubungi detikcom, Minggu (22/3/2020).
Cinyo selaku owner Omah Jenang mengaku, mengirim produknya ke Yogya terakhir pada akhir Februari. Dan produk dia terakhir dikirim ke destinasi wisata di Jember pada tanggal 7 Maret 2020. Dengan kapasitas produksi lima jenis jenang sebanyak 3 ton per bulan, produk Omah Jenang merambah berbagai lokasi wisata di Pulau Jawa dan Bali. Omzet yang diperolehnya, sekitar Rp 100 juta per bulan.
Namun sejak Februari tahun ini, Cinyo berpikir realistis mengurangi produksinya. Ini karena angka penjualan menurun drastis sampai 60 persen, belum lagi konsekuensi return yang pasti akan terjadi bulan April mendatang.
Penjualan turun 60 persen otomatis omzet turun sekitar Rp 40 juta. Belum lagi nanti barang return, sementara dia tidak bisa meliburkan karyawan karena penghasilan mereka tergantung dari sini. Dengan segala kesulitan ini, Cinyo berharap ada kelonggaran dari pihak perbankan atau lembaga pinjaman lain, menunda masa pembayaran cicilan.
“Masalah kami pelaku UKM itu sama ya. Jadi saya mewakili mereka sangat berharap, ada intervensi pemerintah kepada perbankan atau lembaga pinjaman memberikan kelonggaran pembayaran cicilan. Kami sangat terbantu, jika cicilan bulan April, Mei dan Juni tahun ini bisa ditunda atau diperpanjang,” tandasnya.
Selain itu, para pelaku UKM sangat meminta pemerintah bersikap dan bertindak tegas dalam upaya cegah tangkal wabah corona. Semua yang selama ini hanya berupa imbauan, sebaiknya dipertegas menjadi larangan. Cinyo melihat, masyarakat masih rendah kesadaran dan pengetahuannya soal penyebaran wabah corona. Sehingga imbauan social distancing sebaiknya diubah menjadi kewajiban bersama.
“Kalau bantuan simultan pemerintah, saya gak berharap ya. Karena justru menambah beban jika kami belum ada penghasilan atau pemasukan dari jualan. Kecuali bantuan itu sifatnya hibah,” pungkasnya.
Erliana Riady – detikNews